Tujuan hidup tidak selalu bisa kita temukan dengan mudah. Diperlukan
proses panjang dan kerja keras untuk bisa menggali hal yang benar-benar
ingin kita lakukan. Bahkan tidak sedikit orang yang menghabiskan separuh
atau lebih waktu hidupnya sampai ia bisa menemukan apa yang menjadi
panggilan jiwanya yang terdalam.
Apakah kamu termasuk orang yang merasa belum menemukan tujuan
hidupnya? Bingung menentukan apa yang harus kamu lakukan? Tidak perlu
lagi bimbang dan gamang, di artikel ini Hipwee akan memberikan 5 pertanyaan yang bisa kamu tanyakan pada dirimu demi bisa membantumu menemukan tujuan hidup.
1. Sebenarnya, Hal Apa Sih yang Paling Membuatku Bahagia?
Tanyakan pada dirimu sendiri, dalam hal apa sih kamu merasa paling
puas dan merasa bahagia jika melakukannya? Apakah kepuasan dan
kebahagiaan bisa kamu dapatkan saat memasak, menulis, atau ketika kamu
mendengarkan orang lain menceritakan masalahnya padamu? Setelah
mengetahui jawabannya, cobalah hubungkan kepuasan paling besar yang kamu
dapatkan dengan hal yang kini kamu lakukan sehari-hari.
Jika kamu merasa mendengarkan orang bercerita dan memberi mereka
solusi jadi hal yang paling membuatmu “penuh” sebagai manusia, tak ada
salahnya kamu coba masuk Jurusan Psikologi demi mengejar karir sebagai
psikolog. Kalau kamu sudah terlanjur masuk jurusan yang tidak ada
hubungannya dengan Psikologi, kamu pun masih bisa jadi volunteer di berbagai kegiatan peer-konseling .
Dengan cara ini, kamu akan tetap punya akses ke hal yang paling
membuatmu merasa penuh jiwanya — meski kelak tidak berkarir langsung di
dalamnya.
2. Apakah Hal yang Aku Lakukan Akan Membawa Dampak Baik Bagi Orang-Orang Terdekatku?
Cara termudah menemukan tujuan hidup adalah dengan mengerucutkan
dampak yang ingin kita ciptakan kemudian memantulkan proyeksinya pada
orang-orang terdekat.
Kamu ingin jadi pekerja NGO tapi masih bingung harus masuk ke NGO
yang mana? Sebelum memilih berdasarkan kebutuhan paling mendesak seluruh
bangsa Indonesia, cobalah pilih NGO yang paling bisa menciptakan
perubahan dalam kehidupan keluargamu atau masyarakat tempatmu tinggal.
Jika kamu adalah orang yang tinggal di daerah yang masih kuat dengan
budaya tanah ulayat (tanah adat – red), kenapa tidak mencoba bergabung
di NGO yang fokus mendampingi advokasi komunitas adat dengan berbagai
korporasi besar? Pengalaman personalmu akan membantu dalam upaya
negosiasi yang kamu lakukan. Pendekatan yang kamu pilih pun bisa lebih
tepat.
Setiap kamu bingung harus melakukan apa atau dihadapkan pada pilihan
yang sulit, memperkirakan dampak yang bisa kamu ciptakan pada
orang-orang terdekat adalah langkah cerdas yang layak dicoba.
3. Apakah Kelak Hal Ini Bisa Dengan Bangga Kuceritakan Pada Anak-Anakku?
Saat masih bimbang memutuskan sesuatu, coba set pikiranmu untuk
berpikir dalam jangka panjang. Apakah kelak hal yang kamu pilih bisa
kamu ceritakan dengan bangga pada anak dan cucumu? Apakah mereka akan
tergerak untuk melakukan hal yang sama denganmu, atau justru mereka akan
memandangmu dengan nanar sembari menunjukkan rasa tidak paham?
Ketika kamu memutuskan melepas karir di dunia perbankan untuk menjadi
wanita yang bekerja dari rumah demi bisa mengurus calon anakmu kelak,
misalnya. Bisakah kamu membanggakan keputusan itu di hadapan anakmu?
Menyesalkah dirimu atas keputusan yang kamu ambil?
Akankah dia memelukmu dan mengucap terima kasih, atau justru meminta
maaf karena merasa kehadirannya telah membuatmu harus melepasakan
panggilan hidupmu yang paling lantang?
4. Pencapaian dan Perubahan Apa yang Paling Ingin Aku Ciptakan?
Visualisasikan pencapaian dan perubahan apa yang paling ingin kamu
raih dan ciptakan. Kemudian, lihatlah pada hal yang sedang kamu lakukan
sekarang. Apakah aktivitas yang kamu lakoni saban hari bisa mengantarmu
mencapainya? Semisal, kamu ingin jadi seorang penulis yang ingin
menginspirasi banyak orang. Hingga hari ini, kamu hanya menulis di
rubrik cerpen di sebuah koran lokal. Tanyakan pada dirimu, apakah yang
kamu lakukan itu sudah cukup?
Apakah kamu sudah cukup banyak membaca, sudah cukupkah kamu
membongkar banyak plot buku demi bisa menciptakan jalan cerita yang
menarik, sudah cukupkah lamakah kamu duduk di depan komputer dan menulis
saban hari? Apakah kamu perlu memperluas jangkauan penulisanmu agar
lebih bisa menciptakan pengaruh bagi orang lain?
Setelah menemukan jawabannya, aplikasikan hal tersebut pada keputusan
dan tindakan yang kamu ambil setiap hari. Jangan berhenti di wacana
penuh basa-basi.
5. Jika Besok Saatnya Mati, Cukup Banggakah Aku Pada Diriku Hari Ini?
Membayangkan bahwa besok kamu tak lagi punya kesempatan hidup jadi
cara ampuh untuk menemukan hal terpenting yang memang paling ingin kamu
lakukan. Bayangkanlah seandainya hari ini adalah hari terakhirmu di
dunia. Apakah kamu cukup bahagia dengan apa yang akan orang-orang
ceritakan tentangmu di pemakaman? Seperti itukah kamu ingin diingat dan
dikenang?
Sebagai contoh, kamu adalah pria yang mahir main gitar dan merasa
mampu menghidupi diri dari kegiatan bermusik. Tapi hingga kini kamu
masih bekerja di sebuah perusahaan Multi Nasional ternama karena
tuntutan lingkungan dan keluarga. Jika besok kamu mati dan bisa
mendengar apa yang orang-orang bicarakan tentangmu di pemakaman mana
yang lebih bisa membuatmu tidak menyesali hidup?
“Ah, sayang sekali dia mati muda. Padahal dia pemusik yang sepertinya punya masa depan cerah. Permainan gitarnya ciamik banget.”
atau
“Ah, sayang sekali dia mati muda. Padahal dia belum sempat mewujudkan mimpinya untuk jadi solois gitar yang handal. Kasihan.”
Putar berbagai skenario macam ini di otakmu, kemudian tentukan
langkah yang paling tepat untuk kamu ambil. Semua keputusan ada di
tanganmu.
Bagaimana? Siapkah dirimu menanyakan 5 pertanyaan penting itu pada
diri sendiri? Sudah siapkah kamu membuka diri demi menemukan tujuan
hidupmu yang paling jujur?