Sunday, October 12, 2014

Di Usia 30an ?



1. Sebelum Umur 30-an, Penting Bagimu Untuk Punya Pekerjaan Yang “Mantap”

Dapat job oke
Dapat job oke via www.morganmckinley.ie
Di saat menginjak usia 30 kamu udah gak seharusnya masih berkelana hilir mudik buat mencari pekerjaan yang sesuai denganmu. Jauh sebelum berusia kepala tiga kamu seharusnya udah membangun jaringan yang bisa membawa kontribusi dalam pengembangan karir kamu.
Jaringan yang udah kamu punya sebelumnya semestinya telah membawa kamu ke pekerjaan/jabatan yang udah mantap bagi kamu. Mantap dalam artian gajinya cukup (bahkan bisa nabung), suasana yang nyaman dan memberi kesempatan luas utuk kamu meniti karir ke level top.

Gali Tujuan Hidupmu

Tujuan hidup tidak selalu bisa kita temukan dengan mudah. Diperlukan proses panjang dan kerja keras untuk bisa menggali hal yang benar-benar ingin kita lakukan. Bahkan tidak sedikit orang yang menghabiskan separuh atau lebih waktu hidupnya sampai ia bisa menemukan apa yang menjadi panggilan jiwanya yang terdalam.
Apakah kamu termasuk orang yang merasa belum menemukan tujuan hidupnya? Bingung menentukan apa yang harus kamu lakukan? Tidak perlu lagi bimbang dan gamang, di artikel ini Hipwee akan memberikan 5 pertanyaan yang bisa kamu tanyakan pada dirimu demi bisa membantumu menemukan tujuan hidup.


1. Sebenarnya, Hal Apa Sih yang Paling Membuatku Bahagia?

Temukan hal yang paling membuatmu bahagia
Temukan hal yang paling membuatmu bahagia via galleryhip.com
Tanyakan pada dirimu sendiri, dalam hal apa sih kamu merasa paling puas dan merasa bahagia jika melakukannya? Apakah kepuasan dan kebahagiaan bisa kamu dapatkan saat memasak, menulis, atau ketika kamu mendengarkan orang lain menceritakan masalahnya padamu? Setelah mengetahui jawabannya, cobalah hubungkan kepuasan paling besar yang kamu dapatkan dengan hal yang kini kamu lakukan sehari-hari.
Jika kamu merasa mendengarkan orang bercerita dan memberi mereka solusi jadi hal yang paling membuatmu “penuh” sebagai manusia, tak ada salahnya kamu coba masuk Jurusan Psikologi demi mengejar karir sebagai psikolog. Kalau kamu sudah terlanjur masuk jurusan yang tidak ada hubungannya dengan Psikologi, kamu pun masih bisa jadi volunteer di berbagai kegiatan peer-konseling .
Dengan cara ini, kamu akan tetap punya akses ke hal yang paling membuatmu merasa penuh jiwanya — meski kelak tidak berkarir langsung di dalamnya.


2. Apakah Hal yang Aku Lakukan Akan Membawa Dampak Baik Bagi Orang-Orang Terdekatku?

Akankah perbuatanmu membawa perubahan?
Akankah perbuatanmu membawa perubahan? via proof.nationalgeographic.com
Cara termudah menemukan tujuan hidup adalah dengan mengerucutkan dampak yang ingin kita ciptakan kemudian memantulkan proyeksinya pada orang-orang terdekat.
Kamu ingin jadi pekerja NGO tapi masih bingung harus masuk ke NGO yang mana? Sebelum memilih berdasarkan kebutuhan paling mendesak seluruh bangsa Indonesia, cobalah pilih NGO yang paling bisa menciptakan perubahan dalam kehidupan keluargamu atau masyarakat tempatmu tinggal.
Jika kamu adalah orang yang tinggal di daerah yang masih kuat dengan budaya tanah ulayat (tanah adat – red), kenapa tidak mencoba bergabung di NGO yang fokus mendampingi advokasi komunitas adat dengan berbagai korporasi besar? Pengalaman personalmu akan membantu dalam upaya negosiasi yang kamu lakukan. Pendekatan yang kamu pilih pun bisa lebih tepat.
Setiap kamu bingung harus melakukan apa atau dihadapkan pada pilihan yang sulit, memperkirakan dampak yang bisa kamu ciptakan pada orang-orang terdekat adalah langkah cerdas yang layak dicoba.


3. Apakah Kelak Hal Ini Bisa Dengan Bangga  Kuceritakan Pada Anak-Anakku?

Apakah kamu akan dengan bangga menceritakannya ke anak-anakmu?
Apakah kamu akan dengan bangga menceritakannya ke anak-anakmu? via pocketnewsalert.blogspot.com
Saat masih bimbang memutuskan sesuatu, coba set pikiranmu untuk berpikir dalam jangka panjang. Apakah kelak hal yang kamu pilih bisa kamu ceritakan dengan bangga pada anak dan cucumu? Apakah mereka akan tergerak untuk melakukan hal yang sama denganmu, atau justru mereka akan memandangmu dengan nanar sembari menunjukkan rasa tidak paham?
Ketika kamu memutuskan melepas karir di dunia perbankan untuk menjadi wanita yang bekerja dari rumah demi bisa mengurus calon anakmu kelak, misalnya. Bisakah kamu membanggakan keputusan itu di hadapan anakmu? Menyesalkah dirimu atas keputusan yang kamu ambil?
Akankah dia memelukmu dan mengucap terima kasih, atau justru meminta maaf karena merasa kehadirannya telah membuatmu harus melepasakan panggilan hidupmu yang paling lantang?


4. Pencapaian dan Perubahan Apa yang Paling Ingin Aku Ciptakan?

Pencapaian macam apa yang ingin kuciptakan?
Pencapaian macam apa yang ingin kuciptakan? via www.laurasalvinelli.com
Visualisasikan pencapaian dan perubahan apa yang paling ingin kamu raih dan ciptakan. Kemudian, lihatlah pada hal yang sedang kamu lakukan sekarang. Apakah aktivitas yang kamu lakoni saban hari  bisa mengantarmu mencapainya? Semisal, kamu ingin jadi seorang penulis yang ingin menginspirasi banyak orang. Hingga hari ini, kamu hanya menulis di rubrik cerpen di sebuah koran lokal. Tanyakan pada dirimu, apakah yang kamu lakukan itu sudah cukup?
Apakah kamu sudah cukup banyak membaca, sudah cukupkah kamu membongkar banyak plot buku demi bisa menciptakan jalan cerita yang menarik, sudah cukupkah lamakah kamu duduk di depan komputer dan menulis saban hari? Apakah kamu perlu memperluas jangkauan penulisanmu agar lebih bisa menciptakan pengaruh bagi orang lain?
Setelah menemukan jawabannya, aplikasikan hal tersebut pada keputusan dan tindakan yang kamu ambil setiap hari. Jangan berhenti di wacana penuh basa-basi.


5. Jika Besok Saatnya Mati, Cukup Banggakah Aku Pada Diriku Hari Ini?

Jika besok saatnya mati, bisa berbanggakah kamu pada yang kamu lakukan hari ini?
Jika besok saatnya mati, bisa berbanggakah kamu pada yang kamu lakukan hari ini? via www.clownswithoutborders.com.au
Membayangkan bahwa besok kamu tak lagi punya kesempatan hidup jadi cara ampuh untuk menemukan hal terpenting yang memang paling ingin kamu lakukan. Bayangkanlah seandainya hari ini adalah hari terakhirmu di dunia. Apakah kamu cukup bahagia dengan apa yang akan orang-orang ceritakan tentangmu di pemakaman? Seperti itukah kamu ingin diingat dan dikenang?
Sebagai contoh, kamu adalah pria yang mahir main gitar dan merasa mampu menghidupi diri dari kegiatan bermusik. Tapi hingga kini kamu masih bekerja di sebuah perusahaan Multi Nasional ternama karena tuntutan lingkungan dan keluarga. Jika besok kamu mati dan bisa mendengar apa yang orang-orang bicarakan tentangmu di pemakaman mana yang lebih bisa membuatmu tidak menyesali hidup?
“Ah, sayang sekali dia mati muda. Padahal dia pemusik yang sepertinya punya masa depan cerah. Permainan gitarnya ciamik banget.”
atau
“Ah, sayang sekali dia mati muda. Padahal dia belum sempat mewujudkan mimpinya untuk jadi solois gitar yang handal. Kasihan.”
Putar berbagai skenario macam ini di otakmu, kemudian tentukan langkah yang paling tepat untuk kamu ambil. Semua keputusan ada di tanganmu.

Bagaimana? Siapkah dirimu menanyakan 5 pertanyaan penting itu pada diri sendiri? Sudah siapkah kamu membuka diri demi menemukan tujuan hidupmu yang paling jujur?

SUKSES ? HARUS !!!!

Tidak ada manusia di dunia yang tak ingin lebih baik. Semua orang ingin lebih bahagia, menjalin hubungan yang lebih bermakna, dan melakoni pekerjaan yang benar-benar dicintainya. Semua manusia punya cita-cita. Namun, beberapa dari kita berhenti berusaha meraihnya.
Ada berbagai alasan kenapa kita akhirnya menyerah. Entah karena malas, ketakutan, atau ketidakpercayaan diri. Dan untuk mengobati rasa kecewa, kita akan berlindung di beberapa kalimat. Ya — kalimat-kalimat yang sebaiknya jangan pernah kamu ucapkan jika ingin menyintas dan berkembang:

1. “Mungkin memang itu bukan jalanku.”

Jangan membawa nama Tuhan untuk menyamarkan kemalasan
Jangan membawa nama takdir untuk menyamarkan alasan gagalmu yang sebenarnya via www.chapter3d.com
Setiap orang memang punya jalan yang berbeda-berbeda. Tidak semua orang bisa punya perusahaan besar di usia kurang dari 30 tahun. Tidak semua orang bisa menikah di usia 25 tahun. Terkadang, kamu tetap akan gagal sekeras apapun kamu mencoba.
Tapi apakah kamu memang benar-benar sudah mencoba? Ataukah kamu hanya mencatut takdir sebagai alasan kegagalanmu, padahal kamu sendiri tak berusaha maju?
Kadang kita digagalkan karena hal yang begitu sederhana: kita malas berusaha. Jangan membawa-bawa nama takdir untuk menyamarkan alasan keterpurukan kita yang sebenarnya.


Hey dad, I love you!

Sosok ayah menjadi salah satu sosok terpenting dalam hidup kita sebagai manusia. Beliau adalah kepala keluarga, yang punya andil besar dalam proses pembentukan anak dan istrinya. Namun tidak jarang, kita sebagai anak kerap merasa terbatasi untuk bisa menyampaikan perasaan yang paling jujur padanya.
Barulah saat waktu dan kesempatan tak lagi ada, orang menyesal karena belum mengungkapkan rasa terdalam pada pria yang jasanya terkira di hidup kita. Tentu kamu tak mau jadi orang yang menyesal ‘kan? Maka sebelum semua terlambat, cobalah katakan hal-hal ini pada ayahmu.


1. “Bagaimana pekerjaanmu, Pak? Beratkah? Membuatmu pusingkah”

bagaimana kerjaanmu, pak?
Kita pulang ya, nak. via www.flickr.com
Pertanyaan yang sederhana tapi penuh makna. Namun, seringkali kita sebagai anak lupa menanyakannya. Setiap kali ayah pulang dari tempat kerja kita sering terlalu sibuk untuk sekedar menanyakan kabarnya. Memilih fokus pada ponsel, serial TV, bahkan tak jarang pura-pura tidur agar tidak ditanya-tanya.
Pernahkah kamu berpikir, bahwa dia juga manusia biasa yang juga perlu ditanya bagaimana kabarnya? Sebelum terlambat, cobalah tanyakan bagaimana pekerjaannya dan hari-harinya. Buktikan kamu peduli dengan segala apa yang ia kerjakan.